Monday, 7 September 2015

MUSEUM SEPULUH NOPEMBER,SURABAYA


5 Jun 2015,lawatan terakhir di Surabaya,Museum Sepuluh Nopember.
Bayaran masuk Rp 5,000 seorang.



Mengisi buku pelawat


Museum Sepuluh Nopember, dibangun untuk memperjelas keberadaan Monumen Tugu Pahlawan, yakni sebagai media untuk mempelajari rangkaian peristiwa pertempuran Sepuluh Nopember 1945 di Surabaya, seperti yang dinyatakan oleh Presiden RI, Ir. Soekarno bahwa bangsa yang besar adalah adalah bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya.
Museum 10 Nopember ini didirikan pada tanggal 10 Nopember 1991, kemudian diresmikan grand opening pada tanggal 19 Februari 2000 oleh Presiden ke 4 Indonesia K.H. Abdurrahman Wahid. Museum ini terdiri dari 2 lantai yaitu di lantai 1 digunakan untuk pameran 10 gugus patung yang melambangkan semangat juang arek-arek Suroboyo dan sosiodrama pidato Bung Tomo serta ruangan pemutaran film pertempuran 10 Nopember 1945 (diodrama elektronik) juga ruang auditorium. Lantai 2 digunakan sebagai ruang pamer senjata, reproduksi foto-foto documenter, dan pameran koleksi peninggalan Bung Tomo. Selain itu juga terdapat dua ruang diodrama statis yang menyajikan delapan peristiwa yang terjadi di seputar pertempuran Sepuluh Nopember 1945 Surabaya, lengkap dengan narasinya.




Di dalam museum ini terdapat koleksi persenjataan baik pihak sekutu maupun pihak jepang, yang digunakan pada pertempuran 10 November 1945.selain itu juga terdapat ruang hening,gugus patung,koleksi foto,koleksi bersejarah dari Bung Tomo, beberapa seting peristiwa penting yang dirangkum dalam dela[pan diorama statis, dan penayangan film pertempuran 10 November 1945 dan diorama elektronik.


Didalam museum ini pengunjung dapat mendengar pidato bung tomo yang berapi-api untuk membangkitkan semangat juang rakyat dalam  mengahdapi ultimatum sekutu.Semangat juang yang tinggi ini kemudian diabadiakn dalam predikat Surabaya sebagai Kota Pahlawan.
Museum ini diresmikan mula-mula secara soft opening oleh walikota surabaya pada tanggal 10 nopember 1998 oleh bapak Sunarto Sumoprawiro, sedangkan grang openingnya pada tanggal 19 Februari 200 oleh presiden Abdulrahman Wahid.








Sunday, 6 September 2015

REPLIKA BUAYA & IKAN YU,MONUMEN TUGU PAHLAWAN,SURABAYA

Surabaya adalah sebuah kota besar di Indonesia yang sekaligus sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur. Asal usul nama kota yang berjuluk “Kota Pahlawan” ini memiliki banyak versi, mulai dari versi sejarah hingga versi cerita mitos. Menurut sejarah, nama kota ini sudah muncul sejak awal Kerajaan Majapahit, yakni dikenal dengan nama Ujung Galuh. Namun karena sebuah peristiwa, maka daerah itu dinamakan “Surabaya” yang berarti “selamat dari bahaya”. “Surabaya”sendiri diambil dari simbol ikan sura atau hiu (selamat) dan buaya (bahaya) untuk menggambarkan kepahlawanan tentara Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya melawan pasukan Tar Tar (Mongol). Lalu, bagaimana asal usul nama “Surabaya” menurut versi mitos? Berikut kisahnya dalam cerita Asal Usul Nama Surabaya?


Dahulu, di perairan sebelah utara Jawa Timur, hiduplah seekor baya atau buaya dan seekor sura (hiu) yang saling bermusuhan. Kedua binatang buas yang sama-sama tangkas, kuat, dan ganas tersebut hampir setiap saat berkelahi untuk memperebutkan mangsa. Mereka kerap bertarung hingga berhari-hari lamanya, namun tidak pernah ada yang kalah maupun menang. Meskipun perilaku kedua binatang buas ini kerap mengganggu ketenteraman, namun tak satu pun hewan yang berani menghentikan pertikaian mereka.
Suatu ketika, si Baya dan si Sura merasa bosan terus-terusan berkelahi. Mereka sepakat untuk berdamai.
“Hai, Baya. Aku sudah bosan terus-terusan berkelahi,” kata si Sura.
“Benar katamu. Aku pun merasa demikian,” jawab si Baya. “Lalu, apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan permusuhan ini?”
“Hmmm... bagaimana kalau daerah kekuasaan kita bagi dua. Aku sepenuhnya berkuasa di dalam air. Semua mangsa yang ada di dalam air menjadi bagianku. Sementara kamu sepenuhnya berkuasa di daratan. Jadi, mangsamu hanya yang berada di daratan,” usul Sura. “Tapi, perlu kamu ketahui bahwa antara darat dan air yaitu adalah tempat yang dicapai air laut pada waktu pasang.”
“Baik, Sura. Aku setuju dengan usulanmu,” jawab si Baya.
Sejak itulah, si Baya dan si Sura tidak pernah lagi berkelahi. Binatang-binatang lain yang ada di sekitar mereka pun hidup tenteram dan damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama. Gara-garanya adalah Si Sura beberapa kali mencari mangsa di sungai, bukan di laut. Suatu hari, ketika si Sura mencari mangsa di sungai, si Baya akhirnya memergokinya. Tentu saja si Baya marah sekali melihat perilaku Si Sura.
“Hai, Sura. Berani-beraninya kamu memasuki wilayah kekuasaanku! Mengapa kamu melanggar perjanjian kita?” tanya si Baya dengan kesal.
“Siapa yang melanggar perjanjian? Hai, Baya, apakah kamu ingat isi perjanjian kita dulu bahwa akulah yang berkuasa di wilayah air? Bukankah sungai ini juga ada airnya?” kata si Sura.
Benar apa yang dikatakan si Sura. Tapi, si Baya tetap bersikeras ingin mempertahankan daerah kekuasaannya.
“Hai, Sura. Aku tahu kalau sungai ini ada airnya. Tapi, bukankah kamu lihat sendiri bila sungai ini berada di darat?” tanya si Baya, “Itu berarti sungai ini daerah kekuasaanku, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut.”
Namun, si Sura tetap merasa bahwa alasannya yang paling kuat. 
“Tidak bisa, Baya! Aku tidak pernah mengatakan bahwa air itu hanya ada di laut, tetapi air itu juga ada di sungai.” 
“Hai, Sura. Kamu memang sengaja mencari gara-gara. Aku tidak sebodoh yang kamu kira,” kata si Baya.  
“Ha... ha... ha...,” si Sura tertawa terbahak-bahak. “Hai, Baya. Aku tidak perduli kamu bodoh atau pintar. Yang jelas sungai ini adalah wilayah kekuasaanku!” 
Merasa ditipu, si Baya pun meminta agar perjanjian itu dibatalkan dan menantang si Sura untuk saling mengadu kekuatan.


“Baiklah kalau begitu, Sura. Perjanjian kita batal! Yang penting sekarang, siapa yang lebih kuat di antara kita, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal di wilayah ini,” tegas si Baya.
“Kamu menantangku berkelahi lagi, Baya? Siapa takut?” jawab si Sura.
Akhirnya, pertarungan sengit pun kembali terjadi antara kedua binatang buas itu. Kali ini, mereka bertarung mati-matian karena siapa pun di antara mereka yang kalah, dia harus meninggalkan wilayah tersebut. Tanpa menunggu waktu lagi, si Baya langsung menerjang si Sura yang berada di dalam air. Sementara itu, si Sura yang sudah bersiap-siap dengan cepat berkelit menghindari serangan. 
Si Sura dan si Baya masih saling menerkam dan menggigit. Dalam suatu serangan, si Sura berhasil menggigit pangkal ekor si Baya. Air sungai yang semula jernih pun langsung berubah menjadi merah akibat darah yang keluar dari luka si Baya. Meskipun dalam keadaan terluka parah, si Baya terus berupaya melakukan perlawanan. Usahanya tidak sia-sia karena ia berhasil menggigit ekor si Sura hingga hampir terputus. Tak ayal, si Sura pun menjerit kesakitan seraya melarikan diri menuju lautan. 
Si Baya merasa puas karena mampu mempertahankan wilayah kekuasaannya. Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat setempat menamakan daerah tersebut “Surabaya”, yaitu diambil dari gabungan kata Sura dan Baya. Oleh pemerintah setempat, gambar ikan Sura dan Buaya dijadikan sebagai lambang kota Surabaya yang hingga kini masih dipakai. 
* * *
Demikian cerita Asal Usul Nama Surabaya dari daerah Jawa Timur. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa sifat serakah seperti yang dimiliki si Sura dapat mendatangkan kerugian. Akibat keserakahannya, si Sura hampir kehilangan ekornya akibat gigitan si Baya. 



Akma yang mengambil foto replika buaya dan ikan yu ini. Aku berteduh di bawah pokok kerana cuaca sangat panas pada waktu itu.


5 Jun 2015,hari terakhir sebelum pulang ke Malaysia


Selamat tinggal bandar Surabaya!
Sebentar lagi akan ke Monumen Tugu Pahlawan




Tugu Pahlawan adalah sebuah monumen yang menjadi markah tanah Kota Surabaya. Monumen ini setinggi 41,15 meter berbentuk lingga atau paku terbalik. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah, bukan hanya bagi penduduk Kota Surabaya, tetapi juga bagi seluruh Rakyat Indonesia. Tugu Pahlawan dibangun untuk memperingati peristiwa Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, dimana arek-arek Suroboyoberjuang melawan pasukan Sekutubersama Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia. Monumen Tugu Pahlawan menjadi pusat perhatian setiap tanggal 10 Novembermengenang peristiwa pada tahun 1945ketika banyak pahlawan yang gugur dalam perang kemerdekaan.








Banyak patung bekas pemimpin Indonesia di sekitar monumen Tugu Pahlawan
















MONUMEN KAPAL SELAM,SURABAYA

Pada 5 Jun 2015,hari terakhir di Surabaya sebelum pulang ke Malaysia aku melawat Monumen Kapal Selam. Bayaran hanya Rp 10,000 seorang. Kalau di Melaka ada juga kapal selamnya tetapi hanya melihat dari luar sahaja.





Monumen Kapal Selam, atau disingkat Monkasel, adalah sebuah museumkapal selam yang terdapat di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Terletak di pusat kota, monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviettahun 1952. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aruuntuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.


Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain itu di tempat ini juga terdapat sebuah pemutaran film, di mana ditampilkan proses peperangan yang terjadi di Laut Aru. Jika ingin mengunjungi tempat wisata ini, maka akan ditemani oleh seorang pemandu lokal yang terdapat di sana


Menarik ayatnya!


Ada cerita unik di balik hadirnya monumen Kapal Selam ini. Pada suatu malam Pak Drajat Budiyanto yang merupakan mantan KKM KRI Pasopati 410 (buatan Rusia) ini dan juga mantan KKM KRI Cakra 401 (buatan Jerman Barat), bermimpi diperintahkan oleh KSAL pada waktu itu untuk membawa kapal selam ini melayari Kali Mas. Ternyata mimpi itu menjadi kenyataan. Dia ditugaskan untuk memajang kapal selam di samping Surabaya Plaza. Caranya dengan memotong kapal selam ini menjadi beberapa bagian, kemudian diangkut ke darat, dan dirangkai dan disambung kembali menjadi kapal selam yang utuh.





Bilik komandan


Pintu masuk ke setiap bahagian hanya saiz bulatan itu sahaja..perlu membongkokkan badan untuk memasuki bahagian lain.


Peralatan komunikasi








Meninjau lautan dari dalam kapal selam





Kompas








Bilik mandi


Hahhaha ...ada larangan tapi tidak dipatuhi,bukan tidur sebenar hanya lakonan


Kabinet dapur dan sinki.









Alat kawalan manual



Enjin torpedo buritan



Selesai sudah lawatan ke Monumen  Kapal Selam..selepas ini ke Monumen Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh Nopember